Pagi baru saja dimulai ketika saya, bersama adik dan sepupu saya meninggalkan Kota Bima menuju Pantai Lakey di Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), 28 Agustus 2015. Kedua orang tua saya asli Bima, tetapi karena saya lahir dan besar di Jakarta, ini adalah kali pertama saya berwisata ke Pantai Lakey.
Berjarak lebih dari 60 kilometer dari pusat kota Bima, perjalanan menuju ke Pantai Lakey sangat menyenangkan. Berjalan di atas aspal yang mulus, bebas hambatan karena tidak setitik ada kemacetan, ditambah bonus pemandangan kanan kiri yang menawan, membuat perjalanan semakin terasa syahdu.
Jangan mengaku suka berselancar jika belum menjajal Pantai Lakey, surganya para peselancar dunia. Ombak Pantai Lakey memiliki ketinggian antara 3-10 meter yang membuatnya masuk dalam jajaran ombak tertinggi ketiga di dunia.
Hal ini yang selalu membuat turis lokal maupun mancanegara berdecak kagum. Berani mencoba?
Bukan hanya ketinggian ombak yang membuat peselancar dunia merasa tertantang, tetapi juga karena sapuan ombaknya mengarah ke kiri. Pantai Lakey semakin tersohor dan mendapat julukan sebagai ombak kidal karena deburan ombak umumnya menghempas ke arah kanan. Saking bekennya, kompetisi selancar kelas internasional kerap diadakan di pantai berpasir putih ini.
Pantai Lakey memiliki empat jenis ombak, pertama, cobble stones berarti mendatar. Kedua, lakey peak merupakan jenis ombak paling menantang dengan karakteristik ombak pada bagian kiri menyerupai terowongan panjang dan sebelah kanan merupakan gulungan ombak.
Ketiga, lakey pipe yaitu menyerupai pipa. Keempat, periscope yang seperti teropong, membuat peselancar terlihat bagai surfing dalam teropong.
Keunikan pantai di sebelah selatan Pulau Sumbawa ini masih ditambah lagi dengan kondisi ombak yang terbilang stabil sepanjang tahun. Angin lautnya cukup kencang sehingga mendukung kegiatan surfing, wind surfing, maupun kite surfing.
Waktu terbaik mengunjungi Pantai Lakey adalah pada April hingga Oktober, dan puncaknya bulan April-Mei. Pada periode tersebut, sedikitnya 300 wisatawan asing memadati Lakey karena tergoda untuk menaklukkan gulungan ombak kidal yang menjulang. Mereka berasal dari Amerika Serikat, Amerika Selatan, Australia, dan lainnya.
Tidak hanya surfing, para bule itu juga datang untuk sekadar menikmati panorama pantai dan langit biru sambil berjemur. Beberapa turis mancanegara yang saya temui hari itu, berasal dari Australia.
Selain ingin menikmati pantai dengan ombak tinggi dan menjajal surfing, kedatangan mereka ke Lakey adalah untuk menikmati ketenangan dengan panorama menawan. Bagaimana tidak tenang? Kawasan wisata Lakey masih terbilang sepi, terutama jika membandingkannya dengan pantai-pantai di Bali.
Berdasarkan pengalaman saya mengunjungi Pantai Lakey, masyarakat setempat sangat ramah terhadap turis lokal maupun mancanegara. Ruas jalan dari dan menuju ke pantai juga sudah sangat baik sehingga memudahkan pengunjung. Tetapi tugu selamat datang di Pantai Lakey perlu diperbaiki untuk mempercantik destinasi wisata ini.
Untuk mencapai Pantai Lakey, para wisatawan lokal maupun mancanegara harus terlebih dahulu tiba di Bandara Muhammad Salahuddin di Kabupaten Bima. Dari Jakarta, pesawat dengan rute menuju Bima disediakan oleh maskapai Garuda Indonesia dan Lion Air dengan harga tiket bervariasi.
Setibanya di Bandara Muhammad Salahuddin, wisatawan dapat menumpang bus tujuan Dompu dan turun di Terminal Ginte Dompu. Perjalanan dilanjutkan dengan angkutan lain hingga tiba di area pantai. Jika pergi bersama rombongan, dapat langsung menyewa minibus bertarif sekitar Rp 400 ribu hingga Rp 600 ribu. Selamat berselancar!
Salam kenal, terima kasih sudah menulis tentang wisata Lakey,,setidaknya ini dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Dompu,,
Sama-sama, terima kasih sudah mampir
Salam kenal