Tiba-tiba laju sepeda motor terhenti
Di pinggir Jalan AA Kali Pasir, Cikini
Rantainya lepas, tercecer di jalan
Takdir, mengajakku mengamati orang-orang di sekitaran Kali Pasir itu
Satu orang menarik minatku,
Laki-laki tentu saja
Rambutnya gondrong ikal, diikat seperti kangkung di pasar kaget, kulit agak terang
Dia tengah mengisap rokoknya dalam-dalam ketika aku, dan temanku, tiba di bengkel persis di jalan itu
Dia duduk di samping bengkel, mengamati kami, dan tersenyum
Yang ku kira akan membosankan, ternyata tidak
Karena ada yang bisa ku perhatikan
Ku lihat dia memainkan jemari di keypad ponselnya
Sesekali tertawa karena sejawatnya berkelakar
Kadang juga melempar pandang ke arah kami
Mungkin ingin tahu, apakah kami ikut tertawa
Seperti saat temannya melucu, “Makan di restoran Padang, kaki di-angke (diangkat). Jauh banget kaki di (Muara) Angke.”
Tentu saja aku dan temanku ikut tertawa
Ke-sok-tahu-an-ku terlibat di sini
Karena yang ku tangkap, dia “menyukai” kami
Karena sudah ikut tertawa di sana
Dia, terlihat olehku sebagai laki-laki sederhana, dan pendiam
Aku suka tipe itu
Gaya pakaiannya, pun menarik minatku
Jaket kaos buluk, celana gombrong model rapper
Sepatu kets lusuh lengkap dengan kaos kaki putih yang mulai kecokelatan
Tak tahu apa yang dia kerjakan di situ
Tapi aku menikmati setiap gerak geriknya
Pun saat note ini dibuat, dia sedang berdiam diri
Ya, laki-laki yang menarik adalah yang tak banyak bicara, punya gaya cuek, santai, terkesan urakan, berantakan
Entah dalam pakaian atau berbicara
Oh, yang terpenting adalah sederhana
Banyak tertawa juga boleh
Atau ikut tertawa saat orang di sekitarnya tertawa
Tapi tentu harus berakhir dengan mengasikkan diajak bicara
*Hey, kamu, siapa namamu? Semoga kamu benar laki-laki yang menyenangkan*
Selasa dini hari,
29 Desember 2009
Jam 01.06 WIB