Kemalasan Berujung Jajal Jasa Go-Clean

Hari hampir berganti ketika saya mulai merasa badan demam dan tenggorokan sakit. Satu-satunya vitamin yang selalu ada di rumah maupun di kamar kos adalah “Kamil” dan langsung saya tenggak dua butir.

Setelah lebih dari dua jam hanya gulang-guling di kasur tipis di kamar kos, mata saya tak berhasil terpejam. Hingga menjelang pagi dan demam terus meninggi, baru saya pulas. Hari itu, 13 Maret 2018, saya tak menghadiri kuliah menyenangkan yang diampu Prof Deddy.


Sakit malam itu berlanjut hingga dua pekan kemudian. Yang paling mengganggu adalah suara serak sampai hilang. Obat dari RSPP tak begitu mujarab. Mungkin lantaran saya agak terlalu kelelahan, jadi obat tidak terlalu mempan.

Sejak sakit itu juga, saya tak pernah menyentuh sapu, apalagi lap pel. Ketika kami pulang ke rumah, setelah menginap beberapa malam di rumah Ibu saya, suami dengan murah hati menyapu dan mengepel lantai, 21 Maret 2018. Selanjutnya, tak ada aktivitas bersih-bersih lagi.

Tenggat waktu yang saya buat sendiri telah membuat saya absen berkali-kali membereskan rumah. Beruntung sekali karena suami saya menawarkan: bagaimana kalau pakai Go-Clean?

Awalnya saya menolak, tapi…. Suami dan saya memang tidak suka jika rumah tak dipel setidaknya sepekan sekali. Ditambah kemungkinan urusan-yang-belum-mau-saya-sebut-itu semakin padat pada pertengahan hingga akhir April, akhirnya saya mengiyakan.

Saya pernah mengakses aplikasi Go-LIFE sebelumnya hanya untuk melihat-lihat jasa yang ditawarkan. Ketika itu, jasa Go-Clean masih menggunakan sistem pembersihan per ruang—kalau saya tidak salah ingat. Ketika kami memutuskan menggunakan jasa itu, 8 April lalu, penawaran sudah berubah.

Ada dua penawaran menggunakan jasa Go-Clean: dengan dan tanpa alat. Saya plih yang terakhir karena hanya menyapu dan mengepel seluruh ruangan (saja): dua kamar tidur, dapur, ruang tv, dan ruang depan, dengan alat yang sudah ada di rumah. Jasa itu termasuk membersihkan kulkas juga sehingga saya manfaatkan meski pembersihan minor.

Omong-omong, luas keseluruhan ruangan kurang lebih 50-60 meter persegi. Adakah di antara kalian yang berpikir, “Istri macam apa, yang tak mampu bebenah rumah seukuran itu?” Jika ada, tak apa. Memangnya, saya bisa apa?

ini

Membersihkan sudut kamar (ketika diminta).

Selain itu, pelayanan tidak lagi berdasarkan ruang-ruang, tetapi paket per jam dengan pilihan 1-8 jam. Saya pilih 2 jam karena itulah waktu yang biasa saya habiskan untuk membuat rumah rapi jali. Biayanya Rp70 ribu dengan “preferensi penyedia jasa” saya pilih perempuan.

Sekitar pukul 15.00 WIB, si Mbak yang rumahnya tak jauh dari kediaman kami, tiba, berseragam Go-Clean. Setelah sempat menawarkannya untuk duduk terlebih dahulu, saya meminta si Mbak untuk mulai dengan membersihkan kulkas, lanjut mencuci beberapa lembar piring makan siang, membersihkan dapur, kamar, dan ruangan lainnya.

Saran saya, jika kalian ingin menggunakan jasa ini, pertama-tama, ajaklah si Mbak berdiskusi soal bagaimana cara kerja dia, dan cocokkan dengan ekspektasi kita terhadap pekerjaannya. Hal ini tidak saya lakukan sehingga pekerjaannya jadi tidak efisien.

Waktu dua jam berakhir dan rampung juga pekerjaan si Mbak, dengan sedikit sekali supervisi (yailah) karena saya berkutat di depan laptop. Saya memberi rating 5 bintang meski bukan berarti saya sangat puas dengan pelayanannya. Tapi girls, tarifnya cuma Rp70 ribu untuk dua jam. What did you expect?

Tarif segitu, cuma? Serius? Ayo, coba kita hitung. Tapi jangan terlalu serius, ya. Biaya jasa Go-Clean dihitung Rp35 ribu per jam. Kalau jam kerja biasanya 8 jam per hari, berarti penyedia akan mengantongi Rp280 ribu. Angka ini, kalau dia benar-benar dapat pesanan sampai 8 jam per hari. Jika (jika lho ya…) dikali 26 hari kerja dalam satu bulan, berarti Rp7.280.000.

Ketika berbincang singkat, si Mbak cerita bahwa rumah saya adalah yang ketiga yang dia datangi. Tapi saya lupa, entah untuk hari itu saja atau dihitung sama yang kemarin-kemarin.

Nah, kalau ada yang mau pakai jasa Go-Clean, berikut beberapa saran yang mungkin perlu diperhatikan. Saran saya buat hanya berdasarkan pengalaman satu kali menggunakan jasa Go-Clean.

Penampakan kamar mandi.

Penampakan kamar mandi.

1. Sediakan minum ke penyedia jasa. Bagaimana pun, dia adalah tamu. Sayangnya, karena linglung, hal ini tidak saya lakukan. Hiks. Maafkan.
2. Penting untuk mendiskusikan cara kerja penyedia jasa untuk dicocokkan dengan keinginan kita.
3. Kalau perlu, jelaskan bagian mana dulu yang harus dikerjakan, dan selanjutnya, dan seterusnya, agar pengerjaan menjadi efisien. Karena hal ini tidak saya lakukan, jadi pekerjaannya agak ‘bolak-balik’. Penting banget ini. :p
4. Jelaskan bagian mana saja di rumah yang kita ingin agar dipastikan kebersihannya. Pengalaman saya, si Mbak kemarin tidak menyapu beberapa kolong lemari padahal bisa dilakukan. Dia juga tidak membersihkan area ‘tersembunyi’ dan hanya menjangkau yang terlihat. Yah, namanya juga bukan rumahnya ya boook. Ngarepin apa? :)
5. Pastikan dia tidak ‘membanjiri’ rumah kita karena lap pel yang tidak diperas maksimal.
6. Tentu ada bagian-bagian lantai yang kotor karena kotoran cicak atau tapak kaki kucing. Mintalah si Mbak agar hal-hal itu hilang dari pandangan mata.
7. Nyapu dan ngepel sendiri aja keleus. :)

Jam 5 sore, si Mbak pulang dan saya melanjutkan urusan dengan laptop. Ketika hendak masak makan malam, saya mendapati sejumlah sudut dapur tidak benar-benar bersih. Tapi, bukan berarti saya menyesal menggunakan Go-Clean. Untuk biaya Rp70 ribu, yang dilakukan si Mbak buat saya sudah lebih dari cukup.

Saya akan mengingat-ingat ini. Lagipula, jika tak mau berujung menggunakan jasa Go-Clean, jangan malas kali! :)

NB: Si Mbak masang sepreinya rapi banget!

0 Shares

3 responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *