Satu jam lagi gelap datang ketika aku berjalan menuju pemakaman adikku. Angin tidak seberapa kencang. Jalan raya di belakang rumahku begitu padat. Warung-warung makan masih beroperasi seperti biasa karena pemerintah memutuskan hari pertama Ramadhan jatuh pada 21 Juli 2012, sebagian warga membeli makanan berbuka puasa, yang lain lagi masih asik menghisap rokok.
Aku hanya butuh berjalan kaki tak lebih dari 10 menit untuk bisa sampai ke makam adikku. Jalan yang aku lalui adalah jalan di mana aku menghabiskan masa kecil; jalan di depan sekolah tempat aku bermain sepeda, melewati sekolah dasar yang tamannya sudah disulap menjadi musholla kecil, serta hutan lapangan luas tempat kami bermain kasti yang saat ini sedang dibangun sebuah apartemen, Pancoran River Side kalau tidak salah namanya.
Pemakaman sore itu ramai, hampir semua makam disinggahi sanak famili. Kalau pun tidak terlihat siapapun di sana, jejak mereka berupa kembang dan gundukan tanah yang basah menandakan seseorang baru saja mengunjungi makam itu. Aku terus berjalan dan berhenti di makam dengan keramik coklat, dan ada namanya di sana. Nama yang kalau aku ingat, membuat aku merasa telah begitu banyak membuat kesalahan.
Aku duduk di bagian kaki makam Lilis dan mulai membaca ayat-ayatNya, mendoakannya, mendoakannya, mendoakannya, dan berharap dia telah memaafkan semua kesalahan yang pernah aku buat, bahkan sampai sekarang. Aku bercerita bahwa aku sedang melanjutkan studi jurnalistikku, setumpuk tugas setiap hari, menjadi agak anti-sosial, memiliki pekerjaan baru, dan lanjutan drama pemecatan di kantor sebelumnya.
Sulit sekali menahan diri untuk tidak bercerita apa-apa meskipun hanya bisa menatap nisan. Walaupun tanpa aku mengatakan apa-apapun, mungkin dia sudah mendengar ceritaku, dan segala kesalahan-kesalahan baru yang aku buat, dari Tuhan yang sekarang selalu ada di dekatnya. Ah, aku tidak tahu bagaimana dia di Sana, tapi lewat mimpi aku tahu dia bahagia. Karena aku tak pernah mendapati wajahnya muram sejak tragedi siang hari empat tahun silam itu.
Happy fasting! Allah always bless you, my beloved sister…