Adik

Apa yang akan membawaku pada ingatan tentang adik adalah sebuah motor dan kecelakaan. Sebuah kepala yang pecah berantakan dan darah yang mengalir dari semua bagian kepala. Dan sebuah baju berwarna oranye pemberian teman.

Apa yang akan mengantarku tentang ingatan seorang adik adalah tentang sebuah pertandingan bulu tangkis. Sebuah harapan yang tak pernah terealisasi untuk menyaksikan pertandingan Indonesia di pinggir lapangan bulutangkis. Sebuah keinginan yang berakhir dengan air mata.

Apa yang akan mengajakku kembali pada kenangan tentang adik adalah sebuah penyesalan karena sebuah jalan yang menganga besar. Sebuah jalan rusak yang baru diperbaiki setelah adikku pergi.

Semua ingatan itu pasti tak berarti apa-apa bagi mereka yang mengendarai motor tapi tidak pernah terjatuh. Tidak berarti dalam bagi mereka yang melihat baju oranye bersimbah darah. Tidak berarti kesedihan bagi mereka yang melihat lubang jalan besar. Dan tidak akan ada penyesalan dalam ingatan tentang itu.

Pengalaman yang menyakitkan dan ditinggal pergi memang membuat orang tak ingin kembali merasakan itu. Tak ingin mengabaikan orang di sekitarnya. Tak ingin membuat mereka merasa dijauhkan. Tidak ingin membuat mereka merasa di posisi nomor dua. Dan tidak pernah ingin mengecewakan mereka. Selalu ingin berusaha memenuhi yang mereka mau.

Maka itu, melalui blog ini, aku hanya ingin mengucap maaf kepada mereka yang masih saja aku sakiti. Karena amarahku. Karena makianku. Karena kata-kata kasarku. Dan karena sikapku yang egois. Aku memang bukan orang yang baik.

*Entah hari apa ini, jam 8.36 malam

0 Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *